Percaya gak percaya, ibukota negara Indonesia, DKI Jakarta diprediksi oleh para ahli akan mengalami dua musibah besar dan kemungkinan akan tenggelam. Namanya juga prediksi (walaupun prediksi para ahli) tentu gak bisa diketahui pasti kapan akan terjadi. Itu juga tergantung dari warga DKI Jakarta sendiri ..... yupss.. tergantung warga DKI Jakarta mau berusaha mencegahnya atau masa bodoh aja.
Yang pasti, makin bertambah tahun, banjir di Jakarta makin meluas dan kedalamannya juga makin bertambah.. (silahkan bandingkan dengan banjir-banjir tahun sebelumnya)
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Ubaidillah mengungkapkan, saat ini pembangunan di Jakarta sama sekali tidak mempertimbangkan faktor ekologis lingkungan. Hal ini terlihat dari pembangunan yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta dengan hanya sedikit memberikan ruang terbuka hijau.
Ubaidillah mengatakan, pemerintah DKI Jakarta mulai sekarang sudah harus memperhatikan keseimbangan ekologis dan menghentikan pembangunan proyek-proyek industrialis dan kapitalis seperti mal, apartemen dan perkantoran. "Kalau semua itu tidak dibenahi, Jakarta benar-benar akan tenggelam di 2030," tegas Ubaidillah beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam
Andi Arief mengatakan, Jakarta akan tenggelam. Andi membeberkan dalam
temuan para ahli, penurunan struktur tanah juga terus terjadi.
Sehingga bukan tidak mungkin suatu waktu Jakarta akan rata dengan air. Hal ini yang mengharuskan warga Jakarta mengungsi ke tempat lebih tinggi yaitu Pulau Seribu.
"Kalau dari para ahli, terjadi penurunan (tanah) terus menerus, pada saatnya nanti akan jauh lebih tinggi air laut (di banding Jakarta), tentu Jakarta masa depannya di Pulau Seribu, saya kira memang harus pindah tapi tidak harus sekarang," tandasnya.
Sehingga bukan tidak mungkin suatu waktu Jakarta akan rata dengan air. Hal ini yang mengharuskan warga Jakarta mengungsi ke tempat lebih tinggi yaitu Pulau Seribu.
"Kalau dari para ahli, terjadi penurunan (tanah) terus menerus, pada saatnya nanti akan jauh lebih tinggi air laut (di banding Jakarta), tentu Jakarta masa depannya di Pulau Seribu, saya kira memang harus pindah tapi tidak harus sekarang," tandasnya.
Alam
Andi Arief juga mengatakan, Ibu kota Jakarta berpotensi terjadi gempa besar.
Temuan ini dihasilkan setelah para ahli di bidang kebumian melakukan
riset atas Jakarta.
Andi menjelaskan, Jakarta termasuk daerah yang memiliki sesar aktif. Artinya memiliki potensi terjadi gempa dahsyat di darat. "Para ahli mengumpulkan riset tentang Jakarta. Jadi, Jakarta merupakan daerah tinggian tektonik, air tidak membentuk delta, lalu terjadi penurunan tanah. Selain itu, Jakarta teridentifikasi memiliki sesar aktif," jelas Andi saat menghadiri diskusi publik bulanan (Bentang Bahari Baharu) yang diselenggarakan oleh Indonesia Maritim Institute dengan tema Informasi Cuaca Buruk dan Antisipasi di Sektor Maritim di Gedung Wisdome, Jakarta, Minggu (13/1).
Namun, kapan terjadinya gempa belum dapat dipastikan. Saat ini para ahli masih melakukan penelitian. "Siklus belum bisa dipastikan, sekarang sedang dicari paleo (sisa-sisa kegempaan). Pernah tahun 1699 terjadi gempa dahsyat di Jakarta, tapi apa itu epicentrumnya di Jakarta atau di Gunung Salak belum diketahui," imbuhnya.
Andi menjelaskan, Jakarta termasuk daerah yang memiliki sesar aktif. Artinya memiliki potensi terjadi gempa dahsyat di darat. "Para ahli mengumpulkan riset tentang Jakarta. Jadi, Jakarta merupakan daerah tinggian tektonik, air tidak membentuk delta, lalu terjadi penurunan tanah. Selain itu, Jakarta teridentifikasi memiliki sesar aktif," jelas Andi saat menghadiri diskusi publik bulanan (Bentang Bahari Baharu) yang diselenggarakan oleh Indonesia Maritim Institute dengan tema Informasi Cuaca Buruk dan Antisipasi di Sektor Maritim di Gedung Wisdome, Jakarta, Minggu (13/1).
Namun, kapan terjadinya gempa belum dapat dipastikan. Saat ini para ahli masih melakukan penelitian. "Siklus belum bisa dipastikan, sekarang sedang dicari paleo (sisa-sisa kegempaan). Pernah tahun 1699 terjadi gempa dahsyat di Jakarta, tapi apa itu epicentrumnya di Jakarta atau di Gunung Salak belum diketahui," imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar