Gerakan Pemuda 165 (GEMA 165) telah menyelenggarakan Forum Bisnis Golden Generation bernama Seminar Nasional Kewirausahaan dengan tema “How to Be Youth Spiritual Entrepreneur” di Menara 165, Cilandak, Jakartra Selatan, Sabtu (15/12).
Seminar ini dihadiri narasumber yang berkompeten dibidangnya dan sukses berbisnis di usia muda. Diantaranya;
Elang Gumilang seorang mahasiswa beromset 17 Milyar,
Hendy Setiono seorang pengusaha sukses,
dr. Abbi Angkasa selaku moderator dan juga pengusaha, dan
Ridwan Mukri seorang trainer ESQ dan penulis buku.
Kegiatan yang dimulai pukul 19.00 WIB dihadiri lebih dari 200 peserta. Mereka yang hadir tergabung di dalam 3G (3 Generasi), diantaranya SHOT 165 (Silaturahmi of Teens 165), FOSMA 165 (Forum Silaturahmi Mahasiswa 165), dan GEMA 165 (Gerakan Pemuda 165), serta juga masyarakat umum.
Di dalam seminar, Elang Gumilang selaku Chairman Elang Group mengatakan, “Siapa bilang jadi wirausahawan sukses itu gampang dan cepat? Butuh perjuangan dan pengorbanan, karena proses inilah yang membuat kita kuat di kemudian hari. Tidak ada cara instan !”
Elang merupakan seorang pengusaha yang menapaki karirnya dimulai dari bawah.
Awal karirnya dimulai ketika masih mengeyam pendidikan, yaitu di SMU.
Kala itu ia mencoba berdagang dengan berjualan roti dan donat dibeberapa sekolah. Usahanya dilanjutkan pada tahun 2003/2004 ketika menjadi mahasiswa, Elang mencoba berdagang sepatu, supplier lampu, dan supplier minyak goreng sawit. Tak hanya berhenti sampai disitu, pada tahun 2005, ia juga mendirikan kursus bahasa Inggris. Upayanya yang selalu konsisten dalam berwirausaha menjadikannya di tahun 2006 sampai dengan sekarang menjadi CEO dan Owner Perusahaan Konstruksi dan Developer.
Meskipun sukses menjadi pengusaha di usia muda tapi ia tak lupa dengan masyarakat dengan aktif di beberapa kegiatan bakti sosial.
“Jadilah kita kuat agar bisa membela yang lemah, jadilah kita kaya agar bisa mencari ilmu dan amal, jadilah berilmu agar kita menjadi pencerah,” ungkap pria kelahiran 6 April 1985 ini.
Peraih penghargaan finalis Ernst and Young Entrepreneur Award 2010 juga menjelaskan,
“Seorang Pengusaha bukanlah seseorang yang mampu mencetak keuntungan semata, akan tetapi seseorang pengusaha harus mampu mencetak manusia yang bersama dengannya dan seluas-luasnya memberikan manfaat.”
President Director PT. Baba Rafi Indonesia, Hendy Setiono seorang pengusaha muda yang sukses dengan usaha kebabnya mengajak semua peserta untuk berwirausaha. Jadilah pengusaha dan jangan jadi pekerja. Ia juga mengingatkan, di dalam berwirausaha jangan takut mengalami kegagalan, kegagalan itu bagian dari dinamika berbisnis.
Perjuangannya dalam berbisnis dimulai ketika ia berusaha berjualan kebab dengan memakai gerobak dorong. Tekad yang tak pernah pudar dan berupaya selalu menjadi yang terbaik menjadikannya sukses dibidangnya. Peraih penghargaan Ernst and Young Entrepreneur Of The Year 2009 ini mengatakan, “Semua proses, tidak ada sukses yang instan. Dalam menjalankan bisnis apa pun kuncinya adalah harus terus melakukan inovasi.”
Hendy menambahkan, kunci suksesnya adalah PISS (positif thinking, ikhtiar, sedekah, dan sukses).
Positif thinking harus berpikir positif dan yakin kalau kita pasti bisa. Ikhtiar harus berusaha sungguh-sungguh dan pantang menyerah. Sedekah, perbanyak bersedekah membantu orang lain, karena dengan begitu akan membantu kita di dalam berbisnis. Sukses terhadap diri sendiri dan sukses terhadap bisnis yang dijalankan.
dr. Abbi Angkasa yang juga sebagai pengusaha dan juga berperan sebagai moderator di Seminar Nasional Kewirausahaan ini juga mengajak semua peserta untuk menjadi pengusaha. Abbi sudah belajar menekuni berwirausaha sejak ia masih kuliah. Meskipun sudah lulus kuliah dan kini menjadi seorang dokter, tapi ia tetap konsisten meneruskan usahanya.
Abbi Angkasa yang juga Ketua Panitia Golden Generation ini mengatakan, saatnya kita membuka lapangan pekerjaan, jadi bukan kita yang mencari kerja.
Kenapa? Karena kita adalah manusia 1% Indonesia yang harus berguna untuk 99%.
Bukan saatnya kita bekerja lagi kepada orang.
“Kita banyak yang mengenyam kuliah, banyak juga yang alumni ESQ. Artinya ESQ mengajarkan kita untuk banyak berbagi.
Jadi inti dari spiritual enterpreneurship adalah seorang pengusaha itu tidak mencari kekayaan untuk dirinya tapi mencari manfaat orang banyak,” paparnya.
Terjadi diskusi yang melibatkan pertanyaan dari peserta dan jawaban dari narasumber untuk mencari solusi bagaimana berbisnis dengan baik dan sukses. Diharapkan nantinya akan lahir pengusaha-pengusaha muda yang terus tumbuh, sehingga Indonesia dapat lebih maju.
Trainer ESQ, Ridwan Mukri juga mendukung kepada peserta yang kebanyakan adalah SHOT 165, FOSMA 165, dan GEMA 165 untuk menjadi pengusaha yang berorientasi kepada spiritual hapiness (kebahagiaan spiritual). Ridwan menjelaskan 3 konsep kebahagiaan di dalam kehidupan, di antaranya; physical happiness (kebahagiaan fisik), emotional happiness (kebahagiaan emosi), dan spiritual happiness.
Ridwan mengajak kepada peserta ketika nanti menjadi pengusaha yang diutamakan adalah spiritual happiness, bukan physical happiness dan emotional happiness. Kalau hanya mencari kebahagiaan fisik, maka yang dicari hanyalah uang, harta, dan tahta. Tapi ini tak akan berlangsung lama. Contohnya ketika ingin memiliki omset yang mencapai 1 Milyar dan ketika sudah tercapai masih tidak merasa puas, karena akan selalu menginginkan keutungan yang lebih besar.
Oleh karena itu tidak akan merasa cukup jika hanya berorientasi kepada physical hapiness. Tapi kalau hanya mencari kebahagiaan emosi, maka yang dicari hanyalah mengharapkan penghargaan dan pengakuan. Ini juga tidak bisa dijadikan prioritas utama. Tapi ada satu kebahagiaan yang akan membekas di hati manusia, yaitu spiritual happiness.
Spiritual happiness merupakan kebahagiaan hidup bukan dengan meminta, tetapi memberi terhadap sesama, sehingga mampu memaknai pekerjaan dan tujuan. Kebahagiaan yang didapat dengan mendapatkan uang dan penghargaan, tapi kebahagiaan yang berasal dari dalam jiwa. Bahagia bisa membuat lapangan pekerjaan, karena dapat membantu orang-orang untuk bekerja, dengan begitu keluarganya juga akan terbantu.
“Bahagia ketika menolong orang. Ketika mempekerjakan karyawan dan menggaji karyawan, maka karyawan itu akan menafkahi keluarganya,” urainya.
Ridwan mengajak kalau kita nanti menjadi pengusaha janganlah menjadi pengusaha yang materialistis yang hanya memikirkan keuntungan semata, bukan juga hanya memikirkan pengakuan dan penghargaan. Tapi seorang pengusaha yang ingin mengabdi kepada Allah SWT agar bisa menolong hamba-hamba-Nya.
Ridwan berharap, semoga pertemuan ini menjadi komitmen untuk bersatu membangun Indonesia menjadi Indonesia Emas melalui para pemudanya.
“Kita harus mempunyai impian Indonesia yang maju. Sama seperti impiannya Elang, Hendy, dan Abbi yang memiliki impian dan menjadi kenyataan.
Harus mempunyai keyakinan untuk mewujudkan impian untuk menjadi pengusaha. Jangan takut punya mimpi, jangan takut punya cita-cita, jangan takut untuk mengambil langkah sekarang juga dan wujudkan impian itu,” himbaunya. (tino)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar